TOTURIAL

Senin, 01 Oktober 2012

PEREMAJAAN KAKAO DENGAN TEKNIK SAMPING



Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan tanaman perkebunan berumur panjang, mulai berproduksi 3 – 4 tahun setelah tanam, tergantung dari bahan tanaman unggul yang digunakan dan agro-ekosistem pengembangannya. Potensi produksi tanaman kakao unggul seperti ICCRI 01 dan 02, KW 30, 48 dan 162 dapat mencapai 2.160 – 3.200 kg/ha/th dengan berat per biji kering berkisar antara 1,10 – 1,36 g/biji. Berdasarkan data yang ada, luas areal perkebunan kakao di Indonesia pada tahun 2005 telah mencapai 992.448 ha dengan total produksi 652.396 ton dengan produksi berkisar antara 839 – 992 kg/ha/tahun, masih jauh dibawah dari potensi produksi yang sebenarnya. Dari luasan tersebut seluas 887.735 ha (89,45%) diusahakan oleh Perkebunan Rakyat, 49.976 ha (5,04%) oleh Perkebunan Besar Negara dan seluas 54.737 ha (5,51%) oleh Perkebunan Besar Swasta. Kejayaan perkebunan kakao terutama perkebunan rakyat dirasakan pada kurun waktu tahun 1998 – 2003 terutama disentra-sentra perkebunan kakao seperti di Propinsi Sulawesi tenggara dan Sulawesi Selatan. Pada kurun waktu tersebut produktivitas tanaman di perkebunan rakyat dapat mencapai 1.200 kg/ha/th, sebaliknya pada tahun 2011 ini produktivitas tanamannya sangat rendah, yaitu berkisar antara 120 – 240 kg/ha/th. Hal ini disebabkan karena : tanaman kakao telah berumur tua > 20 th dengan kondisi tanaman meranggas (tanpa naungan) dan dengan naungan tanaman kelapa tetapi tidak terpelihara dengan baik (gambar 1), minimnya aplikasi budidaya tanaman seperti pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, lambat panen dan adanya serangan hama dan penyakit, seperti : VSD (vascular Streak Dieback) yang disebabkan oleh Oncobasidium theobromae, Busuk Buah (BB) yang disebabkan oleh Phytopthora palmivora, Kanker batang (Phytopthora palmivora), Antraknose (Colletotricum gloeosporioides), Jamur upas (Corticium salmonicolor), jamur akar serta Penggerek Buah Kakao (PBK) menambah semakin turunnya produksi kakao.
Tanaman Kakao tua tidak produktif tanpa naungan (a) dengan naungan (b)
Gerakan Nasional (Gernas) Kakao merupakan program pemerintah dalam upaya peningkatan produktivitas tanaman di sentra-sentra perkebunan kakao. Salah satu program yang sedang berjalan adalah aplikasi teknik sambung samping pada tanaman kakao tua. Hasil pengamatan dilapangan di Kabupaten Konawe, Konawe Selatan dan Kolaka, Sulawesi Tenggara menunjukkan bahwa keberhasilan sambung samping oleh petani sekitar 60%. Sambung samping ini menggunakan batang atas (entres) kakao unggul lokal yang telah terpilih dan berasal dari tanaman yang sehat, yaitu Sulawesi-1 dan Sulawesi-2. Entres diambil dari cabang produktif dengan diameter cabang 10 – 15 mm dengan panjang
sekitar 15 cm. Pangkal cabang entres disayat miring, lalu disambungkan dengan batang kakao tua yang telah ditakok terlebih dulu sebesar cabang entres pada ketinggian 30 cm dari tanah, sehingga terjadi pertemuan antara kambium entres dan kambium kakao tua. Setelah penyambungan selesai sesuai dengan syarat teknis, segera dilakukan penutupan dengan plastik dan diikat dengan tali rafia atau karet dan diusahakan jangan sampai bergeser. Untuk mengurangi terjadinya penguapan cabang entres harus dikerodong dengan plastik kemudian diikat
Sambung samping dengan pengikat rafia (a) dan pengikat dari karet (b)

Berdasarkan jumlah entres yang digunakan terdapat tiga model dalam sambung samping ini, yaitu : (1) model sambung samping tunggal, yang menggunakan satu batang entres dalam satu pohon kakao tua, (2) sambung samping double, yang menggunakan dua entres dalam satu pohon kakao tua dan (3) sambung samping triple, menggunakan tiga entres dalam satu pohon kakao tua 
 
Sambung Samping tunggal (a), double (b) dan triple (c)

Tata letak sambung samping double dan triple dilakukan saling berhadapan/bersilang dalam satu batang kakao tua. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur pertumbuhan batang utama dan cabang entres tidak saling bertemu. Tujuan lain dari metoda double dan triple ini adalah untuk mengurangi resiko kegagalan dari penyambungan yang dilakukan. Ketidak berhasilan sambung samping ini antara lain disebabkan karena tidak tepatnya sambungan kambium entres dengan kambium kakao tua, terjadinya pergeseran entres pada saat pengikatan, kurang kencangnya pengikatan entres dengan batang kakao tua sehingga plastik penutup terlepas, adanya serangan jamur terutama jika penyambungan dilakukan pada saat musim penghujan serta cabang entres yang terlalu besar atau telah kelewat umur.

Daun muda entres (a) pemotongan batang kakao tua (b) buah kakao

        Apabila penyambungan dilakukan dengan baik, kurang lebih selama dua minggu setelah penyambungan daun entres akan tumbuh dan satu bulan berikutnya ikatan penyambungan dapat dilepas. Pemeliharaan yang perlu dilakukan selama penyambungan ini adalah membuang cabang-cabang baru yang tumbuh dibawah tempat penyambungan dan mengontrol keluarnya daun baru dari entres. Apabila daun baru dari entres ini telah tumbuh, plastik pembungkus entres harus segera dilepas agar daun tidak menjadi kering. Setelah hasil sambung samping tumbuh besar baru dilakukan pemotongan batang kakao tua kurang lebih 10 cm diatas bidang penyambungan. Hasil pengamatan dilapang menunjukkan sambung samping ini pada umur tiga tahun telah dapat meningkatkan hasil 5 kali lipat dibanding tanaman kakao tua (Gambar 4). Keadaan ini telah membangkitkan semangat dan gairah petani untuk melakukan peremajaan dengan teknik sambung samping.

SEMOGA BERMANFAAT............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar