BAB I
PENDAHULUAN
Pertumbuhan perekonomian yang terus meningkat
serta berkembangnya daerah-daerah baru sebagai pusat pemukiman penduduk,
mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan bertambah pula. Di daerah Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, peningkatan pembangunan
terus ditingkatkan baik dalam bidang perekonomian,
pendidikan, Komunikasi serta Transportasi.
Dalam
bidang pembangunan transportasi tidak terlepas dari jembatan. Pembangunan suatu
jembatan bertujuan untuk menunjang pertumbuhan arus lalu lintas yang
menghubungkan jalan yang dipisahkan oleh sungai, rawa, jurang atau yang
lainnya.
Konstruksi
jembatan yang penulis rencanakan dalam Rancangan ini mempunyai panjang bentang 16
m ; lebar 7,75 m dan ditambah trotoar 2 x 1 m, kiri dan kanan jembatan,
tergolong dalam kelas A. lantai jembatan terbuat dari beton bertulang dengan
mutu beton K-400 dengan tebal lantai 0,30 m, mutu baja U-39, bentang jembatan
diletakkan diatas pondasi tiang pancang.
Pembahasan
dan penulisan Projeck Work ini hanya dibatasi pada perencanaan pondasi tiang
pancang di salah satu abutment. Dalam perencanaan pondasi tiang pancang ini,
pembebanan yang bekerja pada jembatan dihitung berdasarkan Pedoman Perencanaan
Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPPJJR-1987). Untuk perhitungan analisa lainnya
berdasarkan literature yang berhubungan dengan perencanaan pondasi tiang
pancang..
Kesimpulan
yang diperoleh dalam perencanaan kembali ini antara lain : kedalaman pondasi 22
m dari lantai kerja abutment, pondasi tiang pancang dengan diameter 45 cm,
Tulangan berdiameter Ø 16 dengan
jarak pemasangan 4 cm.
BAB II
DASAR TEORI
Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar
struktur yang berfungsi untuk menyangga beban bangunan termasuk beban pondasi
itu sendiri, meneruskan dan membagikan beban keatas lapisan tanah yang keras.
Secara umum fondasi tiang merupakan elemen struktur
yang berfungsi meneruskan beban pada tanah, baik beban dalam arah vertikal
maupun arahhorizontal. Pemakaian fondasi tiang pancang pada suatu bangunan,
apabila tanah dasar dibawah bangunan tersebut tidak mempunyai daya dukung yang cukupuntuk
memikul berat bangunan dan bebannya, atau apabila tanah keras yang mempunyai
daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya tetapi
letaknya sangat dalam. (Ir. Sardjono HS, 1988).
Berdasarkan
tipe tiang dapat dibedakan terhadap cara tiang meneruskan beban yang
diterimanya ke tanah dasar fondasi. Hal ini tergantung juga pada jenis tanah
dasar fondasi yang akan menerima beban yang berkerja, yaitu :
1.
Bila ujung tiang mencapai tanah keras
atau tanah baik dengan kuat dukung tinggi, maka beban yang diterima tiang akan
diteruskan ke tanah dasar fondasi melalui ujung tiang. Jenis tiang ini disebut End/Point
Bearing Iplie.
2.
Bila tiang pancang pada tanah dengan
nilai kuat gesek tinggi (jenis tanah pasir), maka beban yang diterima oleh
tiang akan ditahan berdasarkan gesekan antara tiang dan tanah sekeliling tiang.
Jenis tiang ini disebut Friction Pile.
3.
Bila tiang dipancang pada tanah dasar
fondasi yang mempunyai nilai kohesi tinggi, maka beban yang diterima oleh tiang
akan ditahan oleh pelekatan antara tanah sekitar dan permukaan tiang. Jenis
tiang ini disebut Adhesivepile. (K. Basah Suryolelono, 1994)
Pada
umumnya di lapangan dijumpai tipe tiang yang merupakankombinasi dari ke tiga
hal tersebut. Keadaan ini disebabkan karena jenis tanahmerupakan
campuran/kombinasi tanah berbutir kasar, tanah berbutir halus dankadang –
kadang merupakan tanah yang kompak sehingga cara tiang meneruskanbeban ke tanah
dasar fondasi merupakan kombinasinya.
Tiang pancang adalah bagian-bagian konstruksi
yang dibuat dari kayu, beton, dan atau baja, yang digunakan untuk meneruskan (mentransmisikan)
beban-beban permukaan ke tingkat-tingkat permukaan
yang lebih rendah di dalam massa tanah (Bowles, 1991). Pondasi
tiang pancang biasanya digunakan apabila lapisan tanah keras berada pada
kedalaman 2 – 7 m. Menurut buku keterangan Tarzaghi dan RB. Peck, tahun 1991,
dengan judul Mekanika Tanah dalam praktar Rekayasa, jilid II, dijelaskan bahwa
pondasi tiang pancang lebih besar dari 5 (DFG / B>5). Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka untuk memindahkan beban-beban yang bekerja pada jembatan keatas
lapisan tanah keras dipakai pondasi tiang pancang.
Untuk
mencapai sasaran dalam perencanaan pondasi tiang pancang, pada bab ini dibahas
beberapa teori dan penggunaan rumus dari beberapa referensi yang berhubungan
dengan perencanaan pondasi tiang pancang.
Penggunaan pondasi
tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai
daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat bangunan dan beban yang bekerja padanya
(Sardjono HS, 1988). Atau
apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja
berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman > 8 m (Bowles, 1991).
Fungsi dan
kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan atau mentransfer beban-beban dari konstruksi di
atasnya (super struktur) ke lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam.
Dalam pelaksanaan
pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus dalam tanah, tetapi ada juga
dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja, Hal seperti ini sering terjadi pada
dermaga dimana terdapat tekanan kesamping
dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang
tergantung dari alat yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan
perencanaannya.
Tiang
Pancang umumnya digunakan :
1.
Untuk
mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau melalui sebuah stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban
vertikal dan beban lateral boleh jadi terlibat.
2.
Untuk menentang gaya desakan
keatas, gaya guling, seperti untuk telapak ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk
menopang kaki-kaki menara terhadap guling.
3.
Memampatkan
endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran
dorongan. Tiang pancang ini dapat ditarik keluar kemudian.
4.
Mengontrol
lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya
tinggi.
5.
Membuat
tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol amplitudo getaran dan frekuensi alamiah dari sistem
tersebut.
6.
Sebagai
faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau pir, khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial.
7.
Dalam
konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas permukaan air melalui air dan kedalam tanah yang mendasari
air tersebut.
Hal seperti ini
adalahmengenai tiang pancang yang ditanamkan
sebagian dan yang terpengaruh oleh baik beban vertikal
(dan tekuk) maupun beban lateral (Bowles, 1991).
Pondasi tiang pancang juga berarti batang yang
relative panjang dan langsing yang digunakan untuk menyalurkan beban pondasi
melewati lapisan tanah dengan daya dukung rendah kelapisan tanah keras yang
mempunyai kapasitas daya dukung tinggi yang relative cukup dalam dibanding
pondasi dangkal. Daya dukung tiang pancang diperoleh dari daya dukung ujung (end
bearing capacity) yang diperoleh dari tekanan ujung tiang dan daya dukung
geser atau selimut (friction bearing capacity) yang diperoleh dari daya
dukung gesek atau gaya adhesi antara tiang pancang dan tanah disekelilingnya.
Secara
umum tiang pancang dapat diklasifikasikan antara lain: dari segi bahan ada
tiang pancang bertulang, tiang pancang pratekan, tiang pancang baja, dan tiang
pancang kayu. Dari segi bentang penampang, tiang pancang bujur sangkar,
segitiga, segi enam, bulat padat, pipa, huruf H, huruf I, dan bentuk spesifik.
Dari segi teknik pemancangan, dapat dilakukan dengan palu jatuh (drop hammer),
diesel hammer, dan hidrolic hammer.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi dalam penentuan tipe pondasi :
Keadaan
tanah.
2) Jenis
bangunan.
3) Beban
yang dipikul.
4) Fungsi
bangunan.
5) Biaya
yang ada.
6) Target
waktu yang akan dicapai.
7) Metode
Pelaksanaan.
2.1.
Pembebanan
Beban
yang bekerja pada pondasi merupakan beban-beban yang diteruskan dari bangunan
diatasnya. Beban-beban tersebut terdiri dari beban primer, beban sekunder,
beban khusus dan kombinasi pembebanan. Beban-beban tersebut dihitung
berdasarkan Pedoman Pembebanan Jembatan Jalan Raya (PPJJR) 1987.
2.1.1. Beban Primer
Beban
primer merupakan beban utama pada perencanaan konstruksi jembatan. Beban primer
terdiri dari beban mati, beban hidup, dan beban kejut. Beban mati adalah semua
beban yang berasal dari beban sendiri dari konstruksi jembatan tersebut. Berat
konstruksi jembatan bangunan atas terdiri berat gelagar, berat lantai
kendaraan, berat lapisan aspal dan berat plat injak dan pipa pembuang. Pada
konstruksi bangunan bawah dari jembatan yang diperhitungkan adalah berat
abutmen dan berat tanah (poer) diatas abutmen.
Beban
hidup adalah semua beban yang berasal kendaraan-kendaraan atau segala sesuatu
yang memiliki beban yang akan melewati jembatan tersebut. Beban hidup terdiri
dari beban D dan beban T. Beban T merupakan beban terpusat dari lantai kerja
yang dihitung berdasarkan beban kendaraan truk roda ganda (dual wheel loat)
sebesar 10 ton. Sedangkan beban D merupakan beban yang bekerja pada jalur
lalulintas yang terdiri dari beban garis (P) dan beban terbagi rata (q). beban
terbagi rata yang bekerja pada bentang jembatan yang kurang dari 30 meter
ditetapkan sebesar :
Q
= 2,2 t/m ……………………………………………..(2.1)
Dimana
:
Q
= Beban terbagi rata (t/m)
Perhitungan
penggunaan beban D digunakan berdasarkan (PPPJJR 1987), yaitu untuk jembatan
dengan lebar lantai kendaan lebih besar dari 5,5 m, beban D sepenuhnya (100%)
dibebankan pada lebar jalur tersebut, sedangkan selebihnya dibebankan setengah
(50%) dari beban D, seperti diperlihatklan pada gambar G.2.1 halaman 4.
G.2.1.
Ketentuan penggunaan beban D
Sumber
: PPPJR – 1.3.28.189
Untuk
lebar jalur yang lebih kecil dari 5,5 m, beban D sepenuhnya dibebankan pada
seluruh lebar jembatan, beban hidup yang bekerja di atas trotoar ditetapkan
sebasar 500 kg/m2.
Untuk
menghitung beratnya beban yang kejut yang timbul akibat dari pengaruh getaran
dan pengaruh dinamis lainnya, digunakan persamaan : K = 1 + …………………………………………………..( 2.2 ) Besar beban kejut adalah : K
= k x P …………………………………………………..( 2.3
)
Dimana
:
K = Koefisien kejut L = Panjang batang (m) P = Beban garis (ton) K = Beban kejut (ton)
Dalam
merencanakan pondasi, sering didasarkan atas keadaan yang meyakinkan tidak
terjadinya keruntuhan atau penurunan total. Dalam menghitung tekanan tanah
tersebut diperlukan data berat jenis tanah (), nilai kohesi tanah (C) Dan sudut geser dalam (). Jika kita tidak memperoleh data tanah dari
laboratorium, maka dapat memperolehnya dari data sondir. Unutk mengetahui berat
jenis tanah yang berasal dari data sondir dapat dihitung dengan
menginterpolasikan harga N dari tabel penafsiran hasil penyelidikan tanah. Menurut Rankine (Hary.
C. H, 1994), koefisien tekanan tanah pasif diperoleh dengan persamaan :
Untuk
tekanan tanah aktif pada dasar dinding dapat digunakan persamaan :
Pa = x H x Ka
Maka
besarnya tekanan tanah aktif adalah :
Pa = ½ H2 x x Ka
Pada beban terbagi
rata besarnya tekanan tanah aktif dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
Pa’ = q x Ka x H
Dimana
:
Ka = Koefisien tanah aktif
Kp = Koefisien tanah pasir
=
Sudut geser dalam
Pa
= Tekanan tanah aktif pada dinding
pondasi (t/m2)
Pa’ = Tekanan tanah aktif total (t/m)
H = Kedalaman pondasi (m)
=
Jenis tanah (t/m3)
q =
Beban terbagi rata (t/m)
Dan untuk
menghitung besarnya tekanan tanah pasir total digunakan persamaan :
Pp = ½ H2 x x Kp
Pada
beban terbagi rata persamaan yang digunakan untuk tekanan tanah pasif adalah :
Pp’ = q x Kp x H
Dimana
:
Pp = Tekanan tanah pasif total (t/m)
Pp’ = Tekanan tanah pasif akibat beban
terbagi rata (t/m)
2.1.2. Beban Sekunder
Beban
sekunder yang mempengaruhi kontruksi pondasi pada jembatan yang memperhitungkan
meliputi beban akibat pengaruh tekanan angin, gaya traksi, gaya rem dan gaya
gempa bumi. Secara dapat dihitung dengan persamaan :
W = P x A ……………………………………………….(2.4)
Dimana
: W =
Besarnya tekanan angin ( kg )
P =
Beban angin yang bekerja ( 150
kg/m )
A = Luas bidang yang terkena angin ( m2 )
Untuk
gaya rem yang bekerja pada arah memanjang jembatan tertinggi 1.8 m diatas
permukaan lantai kendaraan ditetapkan sebesar 5 % dari beban D.
2.1.3 Beban Khusus
Beban
khusus yang diperhitungkan meliputi beban gempa dan tekanan tanah tanah.
Pengaruh gempa bumi pada jembatan diperhitungkan senilai pengaruh gaya
horizontal yang bekerja pada titik berat konstruksi yang ditinjau.
Menurut
(PPPJJR, 1987), besarnya gaya gempa bumi dapat dihitung dengan persamaan :
Gh =
E x M …………………………………………..( 2.5 )
Dimana
: Gh = Gaya akibat gempa bumi ( ton ) E =
Koefisien gempa M = Beban dari kontruksi ( ton )
2.1.4 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi
pembebanan dihitung untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan timbulnya pengaruh
beban yang ada pada kontruksi jembatan yang bekerja pada kontruksi jembatan.
Tabel 2.1.1 Kombinasi Pembebanan
Sumber :
PPPJJR SKBI – 1.3.28.1987
Dimana :
A =
Beban Mati
Ah =
Gaya akibat aliran dan hanyutan
Ahg =
Gaya akibat aliran dan hanyutan pada saat terjadi gempa
Gg =
Gaya gesek pada tumpuan
(H+K) = Beban
hidup dengan beban kejut
M =
Beban mati
PI =
Gaya-gaya pada waktu pelaksanaan
Rm =
Gaya rem
S
=
Gaya sentrilpugal
Sr
=
Gaya akibat susut dan rangkak
Tag =
Gaya tekan tanah akibat gempa
Tb =
Gaya tumbuk
Tu
=
Gaya angkat
Ta =
Gaya akibat tekanan tanah
Tm =
Gaya akibat tekanan suhu
2.2.
Analisa
Kontruksi pondasi.
Dalam
pondasi ini didasari dari bentuk dan ukuran yang telah di hitung oleh konsultan
perencana. Analisa yang dilakukan meliputi analisa tekanan tanah pada dinding
pondasi dan analisa pertulangan, baik tulang melingkar maupun tulang vertikal.
2.2.1 Analisa Takanan Tanah Pada Dinding Pondasi
Dalam
merencanakan pondasi, sering didasarkan atas keadaan yang menyakinkan tidak
jadi keruntuhan atau penurunan total.
Dalam
menghitung tekana tanah tersebut diperlukan data berat jenis tanah (γ), nilai
kohesi tanah (c) dan sudut geser dalam (Ө). Jika kita tidak memperoleh data
tanah dari laboratorium, maka dapat memperolehnya dari data CPT. Untuk
mengatahui berat jenis tanah yang berasal dari data CPT dapat dihitung dengan
menginterpolasikan harga N dari tabel penafsiran hasil penyelidikan tanah.
Menurut
rankine ( Hary C.H, 1994 ), tekanan tanah aktif dan tekanan tanah pasif
diperoleh dengan persamaan :
Ka = …………………………………..(2.6)
Kp = …………………………………..(2.7)
Untuk
tekanan tanah aktif pada dasar dinding dapat digunakan persamaan :
Pad = γ x H x Ka ………………………………...(2.8)
Maka
besarnya tekanan tanah aktif adalah :
Pa = ½ H2 x γ x Ka ……………………………..(2.9)
Pada
beban terbagi rata besarnya tekanan tanah aktif dinyatakan dalam persamaan berikut
ini :
Pa = q x Ka x H …………………………………(2.10)
Dimana
:
Ka = Koefisien tanah aktif
Kp = Koefisien tanah pasif
Ө = Sudut geser dalam
Pad = Tekanan tanah aktif pada dinding pondasi
(t/m2)
Pa = Tekanan tanah aktif total (t/m)
Pa’ = Tekanan tanah aktif akibat beban
terbagi rata (t/m)
H = Kedalaman pondasi (m)
γ = Berat jenis tanah (t/m3)
q = Beban terbagi rata (t/m)
Untuk
menghitung besarnya tekanan tanah pasif total digunakan persamaan :
Pp = ½ H2 x γ x Kp
………………………………(2.11)
Pada
beban terbagi rata persamaan yang digunakan untuk tekanan tanah pasif adalah :
Pp’ = q x Kp x H ………………………………….(2.12)
Dimana
:
Pp = Tekanan tanah pasif total (t/m)
Pp’ = Tekanan tanah pasif akibat beban
terbagi rata (t/m)
2.2.2 Analisa Penulangan
a.
Penulangan
tiang pancang
Perhitungan daya dukung sumuran dapat diperoleh
berdasarkan kekuatan bahan tiang pancang untuk mendukung beban yang diterima.
Pehitungan daya dukung tiang pancang dapat dihitung dengan persamaan :
ø Pn =
0,80.ø(0,85.fc’(Ag-Ast) + fy.Ast)
Dimana
:
ø Pn =
Kuat tekan beton aksial (ton)
fc’ =
Mutu beton (kg/cm2)
fy =
Mutu baja (kg/cm2)
Ag = Luas
kotor penampang kolom (cm2)
Ast = Luas
tulangan (cm2)
=
Faktor Reduksi Tulangan
b.
Penulangan
Vertikal
Menurut buku Dasar – Dasar Perencanaan Beton
Bertulang, penulangan tiang pancang dapat dilakukan dengan Grafik dan Tabel
Perhitungan Beton Bertulang berdasarkan SKSNI T-15-1991-03.
Nilai yang dipakai untuk pembacaan Grafik diperoleh
dari persamaan berikut :
Nilai
untuk sumbu horizontal =
Nilai
untuk sumbu horizontal =
e t =
=
Dimana
:
Mu = Momen (kN/mm2)
Pu = Beban aksial (kN)
e
t = Harga eksentrisitas
Agr = Luas penampang kotor kolom (mm2)
d’ =
penampang kolom terebesar – selimut beton – diameter sengkang - ½ diameter tulangan pokok (mm)
h = Penampang kolom terbesar (mm)
=
Faktor Reduksi Tulangan
=
Mutu beton (Mpa)
Jumlah
tulangan untuk sisi penampang diperoleh dari persamaan :
As
tot = ρ x Agr
Dimana
:
As
tot = Luas tulangan per sisi
penampang (mm2)
Agr = Luas penampang kotor kolom (mm2)
Ρ = rasio penulangan, diperoleh dari
Grafik (lampiran tabel)
c.
Penulangan
Horizontal (Sengkang)
Untuk
penulangan horizontal (sengkang) dapat dipakai ketentuan sebagai berikut :
- 16 x diameter tulangan pokok
- 48 x diameter tulangan pokok
- Dimensi kolom terkecil
Sedangkan
ketentuan untuk diameter sengkang adalah :
- Diameter tulangan pokok < 32 mm, maka diameter sengkang 10 mm
- Diameter tulangan pokok > 32 mm, maka diameter sengkang 12 mm
2.2.
Analisa
Stabilitas Konstruksi pondasi
Dalam
perencanaan pondasi harus memperhitungkan stabilitas terhadap beban rencana
yang berkerja agar dapat terjamin keamanan konstruksi diatasnya. Adapun
stabilitas pondasi meliputi stabilitas terhadap penggulingan dan stabilitas
terhadap geser.
Analisa
penulangan pondasi tiang pancang sangat penting dilakukan agar kemampuan dan
kekokohan penulangan yang direncanakan mampu menerima dan menyalurkan
beban-beban yang bekerja diatas dengan baik. Menurut Gideon Kusumo (1994)
penulangan tiang pancang dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan-persamaan
berikut ini :
E01 = ……………………………………….(2.13)
E02 = 1/30 xht 2 (jika < 2, diambil 2)………(2.14)
Eo = eo1 + eo2 …………………………………(2.15)
E1 = C1 x C2 x ht …………………(2.16)
E2 = 0,15 x ht …………………………………..(2.17)
Etot = eo + e1 + e2 ………………………………(2.18)
Sb.V = ……………………….....(2.19)
Sb.H = …………………..(2.20)
Ast = Pg x Ag …………………………………..(2.21)
Dimana
:
Pu = Beban rencana (ton)
Mu = Momen rencana S (cm2)
Fc’ = Mutu beton (Mpa)
E = Eksentrisitas (m)
Ө = Faktor reduksi tulangan
Ast = Luas tulangan vertikal (cm2)
ht = Diameter pondasi
Ag = Luas pondasi sumuran (cm2)
Menurut
Cha-Kia Wang (1994), untuk menjamin kekuatan tulangan melingkar akan melebihi
kekuatan selimut beton dan dengan mengambil kekuatan selimut beton 90 % dari
kekuatan inti beton atau 0,75 Fc, maka digunakan persamaan :
Ps = 0,45 x ……………………...(2.22)
Ps = ……………………………………….(2.23)
Asp = As x π x (Dc – db).………………………..(2.24)
Ac = As x π x Dc2 x s
………………………..…(2.25)
Ag = ½ x π x D2
……………………………..….(2.26)
Dimana
:
Ps =
Perbandingan antara volume dari tulangan melingkar dengan
volume dari inti untuk panjang S
Asp = Volume dari tulangan melingkar (cm3)
Ac = Volume dari inti untuk panjang S (cm2)
Ag = Luas pondasi sumuran (cm2)
Fc’ = Mutu beton (Mpa)
Fy = Mutu baja tulangan (Mpa)
Db = Diameter tulamngan melingkar (cm)
Dc = Diameter inti (cm)
As = Luas tulangan melingkar (cm2)
S = Jarak antara tulangan melingkar (cm)
Menurut
Margaret dan Gunawan (1990), untuk menentukan tebal diding sumuran dapat
digunakan persamaan :
σbs = …………………(2.27)
dimana
:
σbs = Tegangan beton (kg/cm2)
σbs = Tegangan ijin beton (kg/cm2)
t = Tebal dinding (cm)
n = Perbandingan elastisitas antara baja
dengan beton
A = luas Penampang (cm2)
2.3.
Analisa
Daya Dukung Pondasi
Daya
dukung tanah adalah tekanan maksimum yang dapat dipikul tanah tanpa terjadinya
kelongsoran atau penurunan. Kemampuan daya dukung dapat dihitung berdasarkan
daya dukung izin dan daya dukung terhadap kekuatan bahan.
2.3.1 Daya Dukung Berdasarkan Data
Menurut
Mayerhof (1986), kemampuan daya dukung tanah dihitung menggunakan persamaan :
Qa = bila B > F4 ………………….(2.28)
Dimana
:
Qa = Daya dukung izin (kg/cm2)
qc = Nilai konus (kg/cm2)
B = Dimensi dari tiang pancang (m)
F3,F4 = Nilai konstanta yang tergantung dari satuab
yang terpakai.
Tabel. 3 Faktor Konversi
Sumber : Bowles, 1991 (sifat-sifat fisis dan
geoteknik tanah)
2.3.2 Daya
Dukung Tanah Terhadap Kekuatan Bahan
Daya
dukung tanah yang di hitung berdasarkan kekuatan dari bahan yang digunakan
sebagai pembentuk pondasi. Menurut Sarjono (1990), besarnya daya dukung
terserbut dihitung dengan menggunakan persamaan :
P =
σb x A ………………………………………..(2.29)
Dimana
:
P =
Daya dukung tana ( kg )
σb
=
Tegangan izin bahan ( kg/m2
)
A =
Luas penampang pondasi ( m )
Penampang
pondasi dihitung dengan persamaan :
A
=
Fb x n Fe …………………………………….(2.30)
Fb =
1/4 x π x ( dl2 – dl2 )
………………………….(2.31)
Dimana
:
Fb
=
Luas penampang dinding pondasi (
m2 )
N
=
Koefisien perbandingan elastisitas
Fe
=
Luas penampang tulangan ( m2
)
dl
=
Diameter luas pondasi ( m )
d2
=
Diameter dalam pondasi ( m )
2.4.
Analisa
Stabilitas Konstruksi pondasi
Stabilitas
konstruksi adalah kemampuan konstruksi dalam menahan beban-beban yang bekerja
di atasnya tanpa mengalami pergeseran, guling dan penurunan. Perencanaan
konstruksi harus memperhitungkan stabilitas konstruksi terhadap beban yang
bekerja agar konstruksi yang di rencanakan aman pada saat penggunaan.
2.4.1 Stabilitas Terhadap Guling
Menurut
Margeret dan Gunawan (1990), stabilitas konstruksi terhadap guling dapat
dihitung dengan persamaan :
FK
= ……………………………………...……..(2.32)
Mr
=
Gaya arah vertikal x lengan ………………………(2.33)
Mo
=
Gaya arah horizontal x lengan ……………………(2.34)
Dimana
:
Mr
=
Momen penahan ( t.m )
Mo
=
Momen guling ( t.m )
2.4.2 Stabilitas Terhadap Geser
Menurut
Margeret dan gunawan (1990) Besarnya stabilitas geser dihitung dengan persamaan
:
FK
:………………………………………(2.35)
Fr
=
R tg Ө + ( C x B ) + Pp …………………………(2.36)
Dimana
:
Pr
=
Tegangan geser ( t )
PH
=
Tekanan memanjangan ( t.m )
R
=
Besarnya gaya reaksi arah vertikal
( t )
B
=
Lebar abutment
Ө =
Sudut geser
C
=
Kohesif tanah
Pp
=
Tekanan tanah pasir
BAB
III
PERHITUNGAN
Konstruksi jembatan ini (Jembatan Teupin Lapeng, Aceh Utara) mempunyai
panjang 16 m, dengan lebar 7,75 m, termasuk kedalam golongan jembatan kelas B.
untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran gambar. Adapun item-item yang
diperhitungkan meliputi :
3.1.
Beban
Mati
Untuk mempermudah
perhitungan, maka beban mati pada konstruksi dibagi dalam beberapa bagian,
yaitu :
1.
Berat Plat Lantai Jembatan
Panjang Bentang =
16 m
Lebar bentan =
7,75 m
Tebal plat lantai = 0,20 m
BJ Beton bertulang = 2,5 t/m3
Volume beban plat lantai jembatan adalah:
Vpl = P x L x t
= 16 m x
7,75 m x 0,20 m
=24,8 m3
Berat plat Lantai jembatan adalah:
W = V x Bjbeton
= 24,8 m3 x 2,5 t/m3
= 62 ton
Untuk beban yang bekerja pada satu abutment adalah:
Bpl = ½ W
= ½ 62 ton
= 31 ton
2.
Beban aspal
- Tebal
aspal = 0.05 ton
- Bj aspal = 2.2 t/m
- Panjang bentang = 16 meter
- Lebar aspal = 6 meter
Volume beban aspal adalah:
Vpl = P x L x t
= 16 m x
6 m x 0,05 m
= 4,8 m3
Berat aspal adalah:
W = V x Bjaspal
= 4,8 m3 x 2,2 t/m3
= 10,56 ton
Untuk beban aspal yang bekerja pada satu abutment adalah:
Baspal = ½ W
= ½ 10,56 ton
= 5,28 ton
3.
Beban Trotoar
Bjbeton = 2,5 t/m3
Lebar Trotoar = 0,55 m
Tinggi Trotoar = 0,25 m
Panjang bentang = 16 m
Volume beban aspal adalah:
Vpl = P x L x t x Bjbeton x 2 sisi
= 16 m x
(0,05m x 0,25) x 2,5 t/m3 x 2
= 11 ton
Untuk beban trotoar yang bekerja pada satu
abutment adalah:
Btrotoar = ½ W
= ½ 11 ton
= 5,5 ton
4.
Beban Tiang Sandaran
-
Panjang
bentangan = 16 m
-
Jumlah
pipa = 24 buah
-
Bj Pipa = 7.85 t/m3
-
Diameter
luar pipa (Ø L) = 0,076 m
-
Diameter
dalam pipa (Ø d ) = 0,073 m
Beban Sandaranya adalah:
Pias I = ½ x
0,25 x 0,53 x 0,10 x2,5 t/m3
= 0,016563 ton
Pias II = ½ x
(0,125 x 0,531) x 0.10 x 2,5 t/m3
= 0,0082813 ton
Pias III = 0,125 x 0,45 x 0.10 x 2,5 t/m3
= 0,0140620 ton
Beban total Sandaran :
Wtotal =
(0,016563 ton + 0,0082813 ton + 0,0140620 ton) x
2 sisi
= 0,0778126 ton
Luas Pipa sandaran:
Vlb = 2 x (1/4 x 3,14 x 0,0762) x
0,1
= 0.000906 m3
Volume total tiang Sandaran
adalah :
Vtotal = (V1 + V2 + V3) - Vlb
= (0,016563 ton +
0,0082813 ton + 0,0140620 ton) - 0.000906 m
= 0,0380003 x 24 buah
= 0,9120072 x ½
= 0,4560036 m3
Berat Tiang Sandaran adalah :
B =
0,4560036 m3 x 7,85 t/m3
= 3,57962826 ton
Berat untuk satu abutmen adalah:
B =
½ x 3,57962826 ton
= 1,78981413 ton
Berat pipa Sandaran adalah :
Luas permukaan Pipa :
L = ¼ x 3,14 x 0,0762 m = 0,0045 m2
Ldlm = ¼ x 3,14 x (0,076- 0,0035)2 m = 0,0045 m2
Lprmkaan = 0,0045 m2 - 0,0041 m2 = 0,0004 m2
Volume Pipa Sandaran adalah
V =
(0,0004 m2 x 16 m) x 7,85 t/m3
= 0,05024 ton
Berat untuk satu abutmen adalah:
B = ½ x
0,05024 ton
= 0,02512 ton
Berat Total tiang dan pipa sandaran adlah:
Btotal = Bpipa + Btiang
= 1,78981413 ton + 0,02512 ton
= 1,81493413 ton
5.
Beban Plat Injak
Besar Plat Injak adalah:
Pias I = ½ (0,10 x 0,10) x 6 m x
2,5 t/m3 = 0,075 ton
Pias II = 6m x (0,10 x 0,20) x 2,5
t/m3 = 0,3 ton
Pias III = 6 m x 0,25 m
x 2,3 m x 2,5 t/m3 =
8,625 ton
Volume total =
9 ton
6.
Beban Stop Block
Beban Stop Block adalah:
Bsp = 0,25 x 0,80
x 16 m x 2,5 t/m3 x 4 buah
= 32 ton
7.
Beban Tembok Pengaman
Beban Tembok pengaman adalah:
Pias I = 2m x 0,15m x 0,40m x 2,5
t/m3 = 0,3 ton
Pias II = 1,9m x 0,05m x 0,30m x
2,5 t/m3 = 0,07 ton
Pias III = 2m x 0,8m x
0,40m x 2,5 t/m3 = 1,6 ton
Pias IV = ½ (2,1 x
0,05)m x 0,50m x 2,5 t/m3 = 0,06 ton
Pias V = 2,10m x 0,2m x 0,50m x
2,5 t/m3 = 0,53
ton
Berat tembok Pengaman total adalah :
Btp = 0,3 ton +
0,07 ton + 1,6 ton 0,06 ton +0,53 ton
= 2,56 ton
Berat tembok Pengaman keseluruhan adalah:
Btp = 2,56 ton x 2
sisi
= 5,12 ton
8.
Beban WingWall
Untuk beban Wingwaall adalah:
Pias I =
x 0,2m x 0,35m x2,5 t/m3
= 0,42875 ton
Pias II = 2,50 x 1,20 x 0,35 x 2,5 t/m3
= 2,625 ton
Pias III =
x 0,62 x0,35 x
2,5 t/m3
= 1,52443 ton
Pias IV = 3,12 x 2,13 x 0,35 x 2,5 t/m3
= 5,8149 ton
Pias V = 0,95 x 0,60 x 0,35 x 2,5 t/m3
= 0,49875 ton
Pias VI = ½ (0,95 x 0,20) m x 0,35 x 2,5 t/m3
= 0,8313 ton
Pias VII = ½ (2,17 x
0,60) m x 0,35 x 2,5 t/m3
= 0,56963
ton
Volume total wing wall adalah:
Vtotal = 0,42875 t +
2,625 t + 1,52443 t + 5,8149 t + 0,49875 t + 0,8313 t + 0,56963 t
= 12,29276 ton
Jadi Volume total keseluruhan pada jembatan adalah:
Vtotal = 12,29276
ton x 2 sisi
= 24,58552 ton
9.
Beban Diafragma
Beban diafragma adalah:
V = P x L x T
Pias I = 4 x ( ½ x 0,15 x 0,10)
= 0,03 m
Pias II =
x 0,60
= 0,978 m
Total beban = 0,03 m + 0,978 m
= 1,008 m2
= 1,008 m2 x 6 buah
= 6,048 m2
Berat diafragma adalah:
B = 6,048x 2,5 t/m3
= 15,12 ton
Berat untuk satu abutmen adalah:
B = ½ 15,12 ton
= 7,56 ton
10.
Beban Gelagar
Volume gelagar adalah:
Pias I = 16 m x 0,35m x 0,15m x x
2,5 t/m3
= 2,1 ton
Pias II = 16 m x ½ (0,35m + 0,2m)
x 0,10 x 2,5 t/m3
= 1,1 ton
Pias III = 16 m x 0,20m
x 0,40m xx 2,5 t/m3
= 3,2 ton
Pias IV = 16 m x ½ (0,50
+ 0,20)m x 0,10 x 2,5 t/m3
= 1,4 ton
Pias V = 16 m x 0,50m x 0,15m x
2,5 t/m3
= 3,0 ton
Volume total + berat gelagar adalah:
V = 2,1 ton + 1,1 ton + 3,2
ton + 1,4 ton + 3,0 ton
= 10,8 ton
Untuk beban gelagar adalah:
B = 10,8 ton x 4 buah
= 43,2 ton
Maka beban gelagar untuk satu abutmen adalah:
B = 43,2 ton x ½
= 21,6 ton
11.
Beban Abutment
Volume abutmen adalah:
Pias I = 8,9 m x 0,2 m x 0,55 m x
2,5 t/m3
= 2,4475 ton
Pias II = 8,9 m x 0,4 m x 0,45 m x
2,5 t/m3
= 4,005ton
Pias III = 8,9 m x 0,25
m x 0,60 m x 2,5 t/m3
= 3,3375 ton
Pias IV = 8,9 m x 0,50 m
x 0,60 m x 2,5 t/m3
= 6,675 ton
Pias V = 8,9m x 0,60m x (
x 2,5
t/m3
= 11,481 ton
Pias VI = ½ x (0,25m x 0,25 m) x 8,9 m x 2,5
t/m3
= 0,6953 ton
Pias VII = 8,9 m x ½
(0,62 x 0,62)m x 2,5 t/m3
= 4,2765 ton
Pias VIII = 8,9 m x 2,65m x
0,6 m x 2,5 t/m3
= 35,378 ton
Pias IX = 8,9m x
x 0,20 x0,35 x
2,5 t/m3
= 6,8975 ton
Pias X = 8,9m x 2,50m
x 0,70m x 2,5 t/m3
= 38,9375
ton
Volume total = 114,1308 ton
12.
Beban Tanah di Atas Poer
Bjtanah = 1,75 t/m3
Pias I = 8,9m x (0,5 (0,25m x 0,95 m)) x 1,75 t/m3
= 1,8495 ton
Pias II = 8,9m x 2,40m x 0,95 m x 1,75 t/m3
= 35,511 ton
Pias III = 8,9m x ½ (0,2m x 0,95m ) x 1,75
t/m3
= 1,4796
ton
Pias IV = (8,9m – 0,9m) x ½ (0,2 x 0,95m) x 1,75 t/m3
= 1,33 ton
Pias V = (8,9m-0,9m) x
2,13m x 0,95m x 1,75 t/m3
= 28,329ton
PiasVI = (8,9m-0,9) x ½
(0,62 x 0,62)m x 1,75 t/m3
= 2,6908
ton
Pias VII = (8,9m-0,9m) x
x 0,33 x 1,75 t/m3
= 5,775 ton
Berat tanah diatas poer adalah:
B =
76,9649 ton
13. Deck Sleeb
Pias I = ½ x 0,2 m x 0,07 m x 16 m x 2,5 t/m3 x 2 sisi
=
0,56 ton
Pias II =
0,3m x 0,07m x 16m x 2,5 t/m3
=
0,84 ton
Ptotal = 1,4 ton x 3 buah = 4,2 ton
Untuk Satu Abutmen
B =
½ x 4,2 ton = 2,1 ton
Maka beban mati keseluruhan adalah:
No
|
Muatan- Muatan
|
Beban (Ton)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
|
Plat lantai Jembatan
Aspal
Trotoar
Tiang sandaran + pipa
Plat Injak
Stop Block
Tembok Pengaman
Wingwall
Diafragma
Gelagar
Abutmen
Tanah di atas Poer
Deck Sleeb
|
31
5,28
5,50
1,815
8,625
32
5,12
24,58
7,56
21,6
114,13
76,9649
2,1
|
Total
|
336,9749
|
3.2.
Beban
Hidup
Menurut PPPJJR-1987,
beban hidup yang bekerja pada jembatan kelas 2B diperhitungkan sebesar 70 %
dari total beban hidup pada jembatan, dibagi dalam beberapa bagian sebagai
berikut :
1.
Beban T (beban terpusat lantai
kendaraan) diambil 10 ton.
2.
Beban D (beban jalur lalu lintas)
sepenuhnya (100%) harus dibebankan pada seluruh lebar jembatan.
1.
Beban Garis ( P )
Menurut PPPJJR-1987,
besar beban garis (P) diambil 12 ton
diperhitungkan sebesar 70 %. Maka beban P dapat dihitung:
P = 12 t x 70 %
= 8,4 t/m
BTr =
=
x 7,75 m x 50%
= 11,83 ton
2.
Beban Terbagi Rata (q)
Menurut PPPJJR-1987,
beban “q” untuk L ≤ 30 m adalah 2,2 t/m dan besar beban “q” yang bekerja pada
jembatan adalah :
q =
P1 + Btr
= 8.4 ton + 11,83 ton
=
20,23
t/m
Maka besarnya beban
untuk satu bentang adalah:
Btr = q x Panjang bentang
= 20,23 x 16 m
= 323,68 ton
Beban
“D” yang dimpahkan pada satu abutment adalah :
Dabutment = ½ B
= ½ x 323,68 ton
= 161,84 ton
3.
Beban Hidup pada Trotoar
Menurut PPPJJR-1987,
beban hidup yang bekerja pada pada trotoar diambil sebesar 500 kg/m2 dan bekerja 60 %. Maka beban yang
bekerja pada trotoar adalah :
Luas =
0.5 meter
Panjang bentang = 16 meter
Beban sandaran = 100
Kg/m
Horizontal = 100
m diambil 60%
Beban trotoar pada satu bentang dan
tiang Sandaran adalah:
Bts =
{( 0.1 x 16m ) + ( 0.5 x 16m ) x 2 x 60%
= 11,2 ton
Maka beban yang bekerja pada trotoar dan tiang
samndaran adalah:
Bts = ½ x 11,2
ton
= 5,6 ton
H = D + Bts
= 161,84 + 5,6 ton
= 167,44 ton
4.
Beban Kejut
Menurut PPPJJR-1987, beban kejut (K) diperoleh dari hasil perkalian
beban garis (P) dengan koefisien kejut:
K =
=
= 1,025 ton
Maka besarnya beban kejut
adalah :
K = ½ koefesien x P garis
= ½ x 1,025 x 8.4 ton
= 4,305 ton
5.
Beban angin
Pengaruh
tekanan angin sebesar 150 kg/cm2, untuk gelagar diambil 100%, luas
sisa jembatan yang langsung terkena angin ditambah 50 % luas sisi bidang lain :
W lantai = 1.8 m x 16 m x 0.15 t/m2 x
100% = 4,32 t
W kendaraan = 2 m x 16 m x 0.15 t/m2 x 100% = 4,8
t
W sandaran = 1 m x 16
m x 0.150 t/m2 x 50% = 1,2 t +
W
total =10,32 t
Besarnya beban angin
yang bekerja pada 1 abutment :
W = ½ x W total
= ½ x 10,32 t
= 5,16 t
6. Beban traksi dan rem
Berdasarkan beban rem
dan traksi diperkirakan 5 %, dari pada beban D yang bekerja horizontal dalam
sumbu jembatan selain pondasi langsung ditentukan 0,05 dan beban jalur sebesar 161,84 ton adalah :
Rm = 5% x D
= 5% x 161,84 ton
= 8,092 ton
Besarnya beban rem
untuk 1 abutment :
R abutment = ½ x Rm
= ½
x 8,092 ton
= 4,046 ton
7.
Beban gempa
Untuk bangunan
jembatan ini koefisien gempa ditentukan sebesar 0,14 dengan beban mati
sebesar t, maka beban gempa yang bekerja
adalah :
Eh = E x M(beban Mati)
=
0.14 x 336,9749 t
= 47,176486 ton
8. Beban
Geser
Berdasarkan koefisien
geser 0,16 dan beban mati 351,08 ton, maka beban geser yang bekerja adalah:
Bar = E x M(beban Mati)
= 0.16 x 336,9749 t
= 53,915984 ton
9.
Beban air hujan
Beban air hujan
diperhitungkan setinggi 0.02 meter, dengan berat jenis 1 t/m3, dan panjang bentangan 16 m, maka beban air
hujan adalah:
Bar = 0.02 x 16 m x 7,75m x 1
= 2,48 ton/m
Maka beban air hujan yang bekerja pada satu aboutmen adalah:
Bar = ½ x 2.48 ton
= 1,24 ton
10. Beban
Tekanan Tanah
Tanah yang ditimbun
dibelakang dan didepan abutment menggunakan material lempung berlanau, Bj tanah
= 1,7 t/m3 ⱷ = 260, h = 5,4 m, q = 1 t/m.
Ka =
=
= 0,39050
Ta = ½ x
x h2 x q x h
= ½ x 1,7 t/m3 x 5,42 x 0,3905 x 1
x 5,4 m
= 52,26 ton
11. Beban
Tekanan Tanah Aktif Akibat Gempa
Tag =
koef Gempa x Tag
=
0,14 x 52,26 ton
=
7,317 ton
Perhitungan Kombinasi adalah:
Beban Mati M
= 336,9749
Beban hidup H
= 161,84
Beban kejut K
= 4,305
Beban Angin A
= 5,16
Beban Rem Rm=
4,046
Beban geser Gg=
53,915984
Beban gempa G
= 47,176486
Beban tekanan Tanah Ta = 52,26
Beban tekanan Tanah Gempa Tag= 7,317
Kombinasi I = M + H +K + Ta + Tag
= 336,9749 + 161,84 + 4,305 + 52,26 + 7,317 + 0
=
562,6969 ton
Kombinasi II = M + Ta + Ah + Gg + A + SR + Tm
=
336,9749 + 52,26 + 0 + 53,915984+5,16 +0 + 0
=
448,311 ton
Kombinasi III = Kombinasi I + Rm + Gg + A + SR + Tm
=
562,6969 + 4,046 + 53,915984+ 5,16 + 0 + 0 + 0
=
620,6589 ton
Kombinasi IV = M + Gh + Tag + Gg + AHg + Tu
=
336,9749 + 47,17486 + 7,317 + 53,915984 + 0 + 0
=
445,3827 ton
Kombinasi V = M + PI
=
336,9749 + 0
=
336,9749 ton
Kombinasi VI = M + H + K + Ta + S + Tb
=
336,9749 + 161,84 + 4,305 + 52,26 + 0 + 0
=
555,3799 ton
Maka beban – beban yang bekerja dari kombinasi di atas harus di bagikan
dengan persentase tegangan yang digunakan adalah :
Kombinasi I = 562,6969 ton x 100%
= 562,6969 ton
Kombinasi II = 448,311 ton x 125%
= 560,3888 ton
Kombinasi III = 620,6589 ton x 140%
= 868,92246
ton
Kombinasi IV = 445,3827 ton x 150%
= 668,07405
ton
Kombinasi V = 336,9749 x 130%
= 438,06737
ton
Kombinasi VI = 555,3799 ton x
150%
=
833,06985 ton
Jadi dari perhitungan kombinasi diatas
diperoleh kombinasi maksimum adalah kombinasi III yaitu sebesar 868,92246 ton.
3.3.
Perhitungan
Tekanan Tanah
1.
Berat isi Tanah
Tanah dibelakang abutment ditimbun dengan tanah non kohesif yang berasal
dari sekitar proyek, berat isi tanah asli (γ) dengan nilai N = 55, pada
kedalaman 42 m karena pada kedalaman tanah (42 m) di asumsikan tanah tersebut
telah menjumpai tanah aslinya :
Berat isi tanah asli (γ) dapat di hitung dengan melihat hubungan harga N
dengan berat isi tanah, untuk mendapatkan berat tanah asli dihitung dengan
interpolasi
60 55 31
22
16
=
=
-16 = 4,56
= 20,96 kN/m3
= 2,096 t/m3
2.
Sudut Geser Dalam
60 55 31
22
16
=
=
-40 =
4,13
= 44,130
Untuk mengetahui tekanan tanah aktif digunakan persamaan sebagai
berikut:
a.
Koefisien tekanan tanah timbunan.
Ka1 =
=
= 0.1790
Ka2 =
=
= 5,580
b.
Tekanan tanah aktif pada abutment
:
Pa1 = Ka1 x q x h1 x
L
= 0,179 x 1 t/m3
x 2,48 m x 7,75 m
= 3,43 ton
Pa2 = ½ x Ka1 x γ1 x
(h12) x L
= ½
x 0,179 x 1 t/m3 x (1,65 m)2 x 7,75 m
= 1,88 ton
Pa
total = Pa1 +
Pa2
= 3,43 ton + 1,88 ton
= 5,32 ton
Besarnya momen akibat
tekanan tanah adalah :
Mpa = Pa1 x
a1+ Pa2 x
a2
= (3,43 t x 2,48) + (1,88 t x 1,65 t)
= 11,62 tm
c.
Tekanan tanah pasif
Kp =
=
= 5,580
d.
Tekanan tanah pasif pada abutment
Pp1 = ½ x γw x (h1)2
x S x 2
= ½
x 1 t/m3 x (1,205)2 x 1.205 m x 2
= 1,75 ton
Pp2 = ½ x Kp1 x γ1’
x (h2)2 x 2
= ½
x x 5,580 x 1 t/m3x (0,80)2 x 2
= 3,57 ton
Pp3 = ½ x γw x (h2)2
x S x 2
= ½
x 1 t/m3 x (0,80 m)2 x 1
m x 2
= 0,64 ton
Pp total = Pp1 + Pp2 + Pp3
= 1,75 ton + 3,57 ton + 0,64 ton
= 5,96 ton
Momen yang terjadi pada abutment adalah:
MPp = Pp1 x Yp1 + Pp2
x Yp2 + Pp3 x Yp3
= (1,75 t x 2,4 m) +
(3,57 x 1,2)
+ (0,64 t x 1,2 m)
= 9,252 tm
Z =
= 1,55
3.
Gaya Gesek
Gh =
Koef x beban Mati
= 0,16 x 336,9749 ton
= 53,915984 ton
4. Tekanan
Tanah Akibat Gempa Bumi
Tag =
koef x Pptotal
= 0,14 x 5,96 ton
= 0,834 ton
3.4.
Perhitungan
Daya Dukung Tiang terhadap Kekuatan tanah
1. Daya dukung tanah
Dalam
perencanaan digunakan 2 x 6 buah tiang pancang dengan sisi 0.45 m luas
tiang pancang adalah :
Ap = Sisi x 2 x 4 tiang pancang
=
0.45 m x 2 x 6
= 5,4 m2
Daya dukung tanah
yang dihitung dengan menggunakan metoda Terzhagi adalah:
qu = 1,3 x C x Nc + Po
x Nq + 0,4 x γ x B x Nγ
dengan
Po = γ
x Df
=
1,7 t/m3 x 22 m
= 37,4 t/m2
Kohesif tanahnya:
c = 0,10 . N
= 0,10 x 55
= 5,5 t/m
Dari tabel faktor daya dukung menurut terzaghi
didapat:
= 44,130, Nq = 157,2920
Nc =
158,970
= 263,200
Maka daya dukung ultimate adalah:
qult = (1,3 x C.Nc) +( Po.Nq) +( 0,4 x γ x
B x Nγ)
= (1,3 x 5,5x 158,97)+(37,4 x 157,2920) +(
0,4 x 1,7
x 0.45
x 263,200)
= 71810,48 t/m2
Maka daya dukung bersih
qnetto = qult
- γ x Df
=
7180,48 – 37,4
=
7143,08475 t/m2
Kapasitas daya dukung ultimate:
Qa =
=
= 2381,02 t/m2
Pa = qa x Ap
= 2381,02 x 5,4
= 12857,508 tm
Qtotal gross = 2381,02 t/m2 x (1/4 x
x 0,452
= 378,68 ton
Pa > Pk
12857,508 tm > 517,225 tm (Aman)
2. Daya
dukung Tiang Pancang
Daya dukung tiang pancang berdasarkan data SPT, menurut L.Decourt dalam
“Prediction Of The Bearing Capacity of Piles Based Exclucively on N Values of
the SPT” (ESOPT II, Amsterdam 1982) adalah :
Qu = Qp + Qs
a.
Daya
dukung Terhadap tahanan ujung
p =
= 45,7 t/m2
qp =
p x K
= 45,7 x 12
= 548 t/m2
Ap =
0,25 x
x d2
= 0,25 x 3,14 x 0,452
= 0,159
Qp =
qp x Ap
= 548 x 0,159
= 87,15 ton
b.
Tahanan
Geser
ΣN =
29 + 36 + 48 + 55 + 32 + 30 +27 +30 +28 + 28
= 343
=
= 34,3
qs =
+ 1
=
+ 1
= 12,43
Qs = 3,14 x 0,45 x 10 x 12,43
= 175,64 ton
Jadi besarnya daya dukung tiang pancang adalah :
Qu = 87,15+ 175,64
= 262,7859 ton
Daya dukung tiang pancang yang di izinkan adalah :
Qizin =
= 87,59 ton
Jadi jumlah tiang pancang yang dapat menahan beban maksimum yang bekerja
adalah :
N =
=
= 11,29
Maka jumlah tiang pancang yang di gunakan sebanyak 12 buah.
3. Daya dukung berdasarkan kekuatan bahan
Menurut Ir.sardjono, HS (1991), besarnya daya dukung tiang pancang
berdasarkan kekuatan bahan yang digunakan dengan persamaan sebagai berikut :
Ptiang = σb x Atiang
Dimana :
Fc’ = 25 Mpa = 250 kg/cm2
Fy = 240 MPa = 2400 kg/cm2
Ф = 0,6
Maka besarnya tengangan izin :
σb = 250
kg/cm2 x 0.6
= 150 kg/cm2
Kemampuan daya dukung untuk satu tiang pancang :
P = 150
kg/cm2 x (¼ x 3.14 x 0,452)
= 238,44 ton
Untuk menentukan jumlah tiang pancang yang digunakan adalah :
N =
=
= 4,14 buah tiang
Berdasarkan jumlah tiang pancang yang di peroleh, maka diambil jumlah
yang terbesar yaitu SPT sebanyak 12 tiang dengan jarak penempatan adalah
sebagai berikut :
-
Untuk
kolom as ke as dengan S =
1,60 m
-
Untuk
baris as ke as dengan S =
1,50 m
-
Jumlah
tiang pancang dalam 1 kolom = 2 tiang
-
Jumlah tiang
pancang dalam 1 baris = 6
tiang
Dengan syarat as ke as (Dirjen Bina Marga PU) dalam buku Ir.Sardjono.Hs
(1991)
S > 2,5 D
1,6 m > 2,5 x 0,5
1,6 m > 1,25 m ………………………….(aman)
4.
Daya dukung kelompok
tiang pancang
Dari perhitungan daya dukung tiang pancang berdasarkan niali SPT dan
kekuatan bahan, jumlah tiang pancang yang digunakan untuk 12 tiang, dimana :
-
Jumlah
tiang pancang dalam 1kolom (n) = 2
tiang
-
Jumlah
tiang pancang dalam 1 baris =
6 tiang
-
Untuk
Baris dengan S =
1.50 m
-
Untuk
Kolom Dengan S =
1,60 m
Menurut Ir.sardjono, HS (1991), besarnya daya dukung kelompok tiang
pancang dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :
Qn = η x n x Qsp
Dimana menurut los angeles group besarnya efisiensi kelompok tiang
pancang dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :
E =
x 12 tiang
= 0,5
Jadi daya dukung kelompok tiang pancang adalah
:
Qu = 0,5 x 12 tiang x 87,59 t
= 525,54 > P yang bekerja …………………………(aman)
Daya dukung berdasarkan kekuatan bahan :
Qu = 0,5 x 12 tiang x 238,44
t
= 1430,64 t …………………………………………(aman)
3.5.
Penulangan
Tiang pancang
1. Tulangan
Pokok
Penulangan tiang pancang yang didasarkan pada momen lentur yang
terjadi pada saat pengangkatan beban pada saat pemancangan.Pemancangan
berpedoman pada metode kekuatan batas (Ultimit)
Momen maksimum yang terjadi oada saat tiang diangkat pada
kedua ujungnya dapat dihitung dengan persamaan:
Mmax =
q x L2
Dimana :
q
dapat dihitung dengan persamaan :
q = 1.2 DL + 1.6 LL
= 1.2 (0.45 x 0.45 x 2.5 t/m3 ) + 1.6 x 0
= 0.608 t/m3
Maka momen max :
M
max =
x 0.608 x (22)2
= 36,78 t/m
Luas
tulangan tarik yang diperlukan, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
S = p x b x d
Nilai p berdasarkan nilai K, dihitung dengan menggunakan persamaan :
K =
Nilai d (diambil tinggi efektif diambil 300 mm)
Maka :
K =
= 1899,79 t/m2
= 1,899 Mpa
= 1.9 Mpa
Dari tabel dapat
dinilai
P
= 0,0085 (tabel A-9)
Untuk mengontrol
keamanan yaitu :
Ρmin < Ρdesign
< Ρmax
Ρmin =
=
=0.0058
Pmax = 0,75.(0,85.fc.
= 0,75.(0,85.20.
= 0,45
Ρmin < Ρdesign
< Ρmax
0,0058 < 0,0085 < 0,45 OK
Maka
As = ρ x b x d
= 0.0085x 400 x 220
= 748 mm2
Maka tulangan yang
digunakan yaitu 4 Ф 16 (803,84 mm2) untuk lebih jelasnya dilihat pada lampiran
gambar tinag pancang.
As = 4 x ( ¼ x 3.14 x 16 2)
= 803,44 mm2
2.
Penulangan
ekstra
Volume tiang pancang :
P = ¼ x 3.14 x 0,452
x 22 x 2,5 t/m3
= 8,742 t
= 8742 kg
B = 0,5 P + 600 kg
= 0,5 x 8742 + 600 kg
= 4971 kg
= 4,971 ton
Besarnya energy yang timbul akibat tumbukan hammer dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
Ea = B x H
= 4,971 ton x 2 m
= 9,942 tm
Besarnya kehilangan energy diperkirakan sebesar (c) = 0,25, muatan
energy yang di perkenankan untuk satu tiang berdasarkan kekekuatan Qa = 294,4t.
banyaknya pukulan pada saat terakhir = 55 (untuk tiang pancang dari beton),
masuknya tiang pada saat pukulan terakhir adalah :
Z =
=
= 0,385 m
= 38,5 cm
Jadi besarnya daya tahan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
R =
=
= 25656,77 kg
Besarnya beban yang di timbul pada tiang akibat tumbukan hammer dengan
factor keamanan 6, dapat di hitung dengan persamaan sebagai berikut :
Ptiang =
=
= 4276.13 Kg
Luas tulangan ekstra yang di perlukan pada tiang pancang dapat di hitung
dengan cara sebagai berikut :
Ast =
=
= 3,039 m2
= 3059 mm2
Maka tulangan yang di pakai 4 Ф 32 mm (As = 3217,0 mm2). Tulangan tambah ini di pasang antara
tulangan utama sepanjang 2D dari sisi bagian atas tiang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar