TOTURIAL

Jumat, 15 Agustus 2014

PEKERJAAN BEKISTING

Pekerjaan Bekisting

      Menurut Stephens (1985), formwork atau bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Dikarenakan berfungsi sebagai cetakan sementara, bekisting akan dilepas atau dibongkar apabila beton yang dituang telah mencapai kekuatan yang cukup.
     Menurut Blake (1975), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan pada pemakaian bekisting dalam suatu pekerjaan konstruksi beton. Aspek tersebut adalah :

  1. Aspek pertama adalah kualitas bekisting yang akan digunakan harus tepat dan layak serta sesuai dengan bentuk pekerjaan struktur yang akan dikerjakan. Permukaan bekisting yang akan digunakan harus rata sehingga hasil permukaan beton baik.

  2. Aspek kedua adalah keamanan bagi pekerja konstruksi tersebut, maka bekisting harus cukup kuat menahan beton agar beton tidak runtuh dan mendatangkan bahaya bagi pekerja sekitarnya.

  3. Aspek yang ketiga adalah biaya pemakaian bekisting yang harus direncanakan seekonomis mungkin.

  Adapun fungsi bekisting adalah sebagai berikut :

  • Bekisting menentukan bentuk dari beton yang akan dibuat.

  • Bekisting harus dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi beton dan berbagai beban luar serta getaran.

  • Bekisting harus dapat dengan cara sederhana dipasang, dilepas, dan dipindahkan.

Ada 3 tujuan penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting, yaitu :
1. Kualitas
Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan keakurasian sehingga bentuk, ukuran, posisi, dan penyelesaian dari pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan.
2. Keselamatan
Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan faktor keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan atau menyangga seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton.
3. Ekonomis
Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktu dan biaya dalam proses pelaksanaan dan jadwal demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik).

jenis-jenis bekisting  

1. Bekisting Konvensional (Bekisting Tradisional)

       Bekisting konvesional adalah bekisting yang menggunakan kayu ini dalam proses pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas bagian-bagian bekisting satu per satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi bekisting tradisional ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan, namun jika material kayu masih memungkinan untuk dipakai maka dapat digunakan kembali untuk bekisting pada elemen struktur yang lain.

Kekurangan bekisting konvensional adalah:

  1. Material kayu tidak awet untuk dipakai berulang-ulang kali;

  2. Waktu untuk pasang dan bongkar bekisting menjadi lebih lama;

  3. Banyak menghasilkan sampah kayu dan paku, sehingga lokasi menjadi kotor;

  4. Bentuknya tidak presisi.

    berikut contoh penggunaan bekisting konvensional :

     

2. Bekisting Knock Down 

         Dengan berbagai kekurangan metode bekisting konvensional tersebut maka direncanakanlah sistem bekisting knock down yang terbuat dari plat baja dan besi hollow. Untuk 1 unit bekisting knock down ini memang biayanya jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan bekisting kayu, namun bekisting ini lebih awet dan tahan lama, sehingga dapat digunakan seterusnya sampai pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai selesai pelaksanaan, bekisting knock down ini menjadi jauh lebih murah. 

 

Gambar 1. Bekisting knock down pada pekerjaan pile cap 

 

Gambar 2. Bekisting knock down pada pekerjaan Tie Beam 

Gambar 3. Bekisting knock down pada pekerjaan kolom

 Gambar 4. Bekisting knock down pada pekerjaan Balok

3. Bekisting Fiberglass

        Material fiber untuk pengganti kayu pada bekisting merupakan ide brillian. Hal ini disebabkan karena fiber memiliki keunggulan yang lebih baik daripada kayu, disamping untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Berikut ini adalah keunggulan bekisting fiber:

  1. Bebas kelembaban dan tidak mengalami perubahan dimensi atau bentuk;
  2. Pemasangan lebih mudah dan tanpa perlu  minyak bekisting;
  3. Mempercepat waktu pelaksanaan bekisting;
  4. Tidak berkarat;
  5. Tidak gampang rusak oleh air sehingga cocok untuk konstruksi bawah tanah dan lingkungan berair;
  6. Efisien secara biaya;
  7. Kualitas hasil yang lebih baik;
  8. Gampang dipasang dan dilepas sehingga mengurangi biaya upah;
  9. Daya tahan lama, dapat digunakan 40-70 kali. Ada produk yang dapat digunakan hingga 1000 kali;
  10. Tahan panas;
  11. Ringan, kuat dan kaku, bending modulus yang tinggi;
  12. Ketahanan permukaan yang baik, tahan terhadap benturan dan abrasi;
  13. Dapat dibor, dipaku, diketam, dan diproses seperti gergaji;
  14. Stabilitas yang tinggi terhadap sinar ultraviolet, tidak rapuh dan gampang retak, gampang untuk dibersihkan;
  15. Tidak membutuhkan syarat khusus dalam penyimpanan karena sifatnya yang tahan cuaca;
  16. Sampah sisa material bekisting fiber ini dapat diolah kembali seluruhnya dan sangat ramah lingkungan.
Terlihat bekisting fiber banyak keunggulan dibanding dengan bekisting kayu baik dari sisi mutu, biaya, dan waktu. Bagi Owner dan Perencana, bekisting fiber akan menurunkan biaya proyek. Sedangkan bagi kontraktor, bekisting fiber akan mempercepat pelaksanaan. Bagi pemerintah dan masyarakt luas, bekisting fiber akan mengurangi penggunaan kayu secara signifikan sehingga sangat membantu dalam pelestarian lingkungan.
Gambar Bekisting fiberglass
Gambar Bekisting fiberglass
 
sumber  :
http://taufikhurohman.blogspot.com

METODE PERAWATAN BETON

Metode Perawatan Beton ( Curing )

         Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan, agar proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat
Tujuan pelaksanaan curing/perawatan beton adalah :       memastikan reaksi hidrasi senyawa semen termasuk bahan tambahan atau pengganti supaya dapat berlangsung secara optimal sehingga mutu beton yang diharapkan dapat tercapai, dan menjaga supaya tidak terjadi susut yang berlebihan pada beton akibat kehilangan kelembaban yang terlalu cepat atau tidak seragam, sehingga dapat menyebabkan retak.
 
Metoda dan lama pelaksanaan curing tergantung dari :
  • jenis atau tipe semen dan beton yang digunakan, termasuk bahan tambahan atau pengganti yang dipakai
  • jenis/tipe dan luasan elemen struktur yang dilaksanakan
  • kondisi cuaca, suhu dan kelembaban di area atau lokasi pekerjaan
  • penetapan nilai dan waktu yang digunakan untuk kuat tekan karakteristik beton (28 hari atau selain 28 hari,
Kualitas dan durasi/lama pelaksanaan curing/perawatan beton berpengaruh pada :
  • mutu/kekuatan beton (strength)
  • keawetan struktur beton (durability)
  • kekedapan air beton (water-tightness)
  • ketahanan permukaan beton, misal terhadap keausan (wear resistance)
  • kestabilan volume, yang berhubungan dengan susut atau pengembangan (volume stability : shrinkage and expansion)
Lamanya durasi curing menurut SNI 03-2847-2002 mensyaratkan curing selama :
  • 7 (tujuh) hari untuk beton normal
  • 3 (tiga) hari untuk beton dengan kuat tekan awal tinggi
ACI 318 mensyaratkan curing dilakukan :
sampai tercapai min 70% kuat tekan beton yang disyaratkan (fc’)


ASTM C-150 mensyaratkan :
  • semen tipe I,  waktu minimum curing 7 hari
  • semen tipe II, waktu minimum curing 10 hari
  • semen tipe III, waktu minimum curing 3 hari
  • semen tipe IV atau V minimum curing 14 hari
Metoda Perawatan Beton

Beberapa metoda yang mudah digunakan untuk curing/perawatan beton di lapangan, antara lain :
  • membasahi permukaan beton secara berkala dengan air supaya selalu lembab selama perawatan (bisa dengan sistem sprinkler supaya praktis)
  • merendam beton dengan air (dengan penggenangan permukaan beton)
  • membungkus beton dengan bahan yang dapat menahan penguapan air (misal plastik, dsb)
  • menutup permukaan beton dengan bahan yang dapat mengurangi penguapan air dan dibasahi secara berkala (misal dengan plastik berpori atau non woven geotekstile dan disiram secara berkala selama perawatan)
  • menggunakan material khusus untuk perawatan beton (curing compound)
Picture


















                                                 a. gambar membasahi permukaan beton dengan sistem spinkler



Picture
                                          b. gambar curing dengan membungkus dengan plastik

Picture
Picture

 referensi : http://lauwtjunnji.weebly.com/curing-beton.html

Pengantar Teknik Pondasi

Pengantar Teknik Pondasi 

para sahabat seklian, Buku ini bertujuan untuk memperkenalkan dasar-dasar pengetahuan tentang teknik pondasi, khususnya tentang pondasi dangkal yang umumnya digunakan untuk mendukung bangunan bertingkat biasa di Indonesia.

Daftar isi :

Bab I    : Pondasi bangunan

Bab II   : Penyelidikan tanah

Bab III  : Daya dukung tanah

Bab IV  : Pondasi menerus

Bab V    : Pondasi telapak

Bab VI   : Pondasi kaki gabungan

Bab VII : Pondasi plat
untuk download ebook ini silahkan DISINI

SEMOGA BERMANFAAT,.,...!!!!!!!

jenis atap rumah

Jenis atap rumah


             Atap adalah salah satu bagian rumah yang paling terlihat dari luar dan sangat menentukan penampilan rumah. Selain itu, atap berperan melindungi isi rumah dari panas, dingin, hujan, angin, dan pengaruh cuaca lainnya. Rumah sebagus apa pun kalau atapnya bocor tentu akan membuat pusing pemiliknya. Karena itu, penting sekali untuk memilih jenis atap yang tepat untuk rumah Anda.
       Ada banyak pilihan bahan untuk atap rumah. Produk-produk baru selalu bermunculan untuk menggantikan yang lama dengan material yang lebih unggul dan memenuhi tuntutan teknik dan estetika bangunan baru. Berikut adalah beberapa jenis bahan untuk atap rumah yang paling populer. Ingatlah bahwa tidak semua bahan cocok untuk rumah Anda dan masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri.
1. Sirap
        Sirap biasanya dibuat dari kayu besi/kayu ulin tua yang tahan cuaca.  Setiap lembar sirap memiliki warna, lebar, ketebalan dan potongan yang unik sehingga terlihat alami. Sirap juga membuat rumah terasa sejuk karena tidak menyerap panas dan memberikan sirkulasi udara yang bagus bagi atap.
Namun, sirap memiliki beberapa kelemahan:
  • membutuhkan perawatan dan perbaikan teratur agar bisa bertahan lama. Pelapukan dan serangga dapat memperpendek usia sirap.
  • lebih sulit dipasang dibandingkan dengan genteng sehingga kualitas atap sirap sangat tergantung pada kecakapan tukang yang memasangnya.
  • rentan terhadap bahaya kebakaran bila tidak diproses dengan lapisan antipanas.
Karena mahal dan langkanya bahan serta berubahnya preferensi konsumen, kini sudah jarang orang menggunakan sirap sebagai penutup atap.
2. Genteng Tanah Liat
Genteng tanah liat dengan bermacam variasinya merupakan bahan atap yang paling banyak dipakai. Genteng jenis ini sangat awet karena tidak dapat lapuk, terbakar atau dirusak serangga. Bila jenis material dan pemrosesannya bagus, genteng tanah liat sangat sedikit memerlukan perawatan.
Genteng tanah liat memiliki beberapa kelemahan:
  • genteng tanah liat dapat sangat berat sehingga membutuhkan papan pendukung yang lebih kuat.
  • warna genteng dapat memudar atau menghitam setelah sekian lama. Genteng jenis baru yang diproses dengan suhu tinggi dan berglazur warnanya lebih permanen.
  • relatif rapuh, dapat pecah bila Anda menginjaknya. Hal ini membuat perawatannya lebih sulit.
3. Genteng Beton
             Genteng beton biasanya dibuat dari semen yang diperkuat dengan serat dan aditif tertentu. Beberapa produk dilapisi dengan plastik, enamel, logam tipis, dan material lainnya.  Genteng beton sangat awet karena tahan api, pelapukan dan serangga. Bentuk dan warnanya yang variatif juga menarik secara penampilan. Kelemahan utama genteng beton adalah bobotnya yang berat (lebih berat dari genteng tanah liat) dan harganya yang lebih mahal.
4. Genteng metal
               Genteng metal, sesuai namanya, terbuat dari logam antikarat. Bentuknya bisa dibuat seperti sirap, genteng beton atau genteng tanah liat. Genteng jenis ini juga awet, anti api dan bebas perawatan. Berbeda dengan seng yang biasa kita kenal, genteng metal memantulkan panas sehingga menjaga rumah tetap sejuk. Genteng metal juga ramah lingkungan karena terbuat dari material yang dapat didaur ulang. Karena berbobot ringan, genteng metal tidak membutuhkan dudukan atap yang kuat.
Kelemahan utama genteng metal adalah harganya yang sangat mahal dibandingkan alternatif lain. Namun, hal itu sebanding dengan keawetannya.
5.Seng
            Seng adalah bahan penutup atap yang murah, ringan dan tahan lama. Seng terbuat dari lembaran logam tipis bergelombang yang diikat satu sama lain dengan paku. Kelemahan seng adalah sifatnya yang menahan panas, berkarat, kurang menarik secara penampilan dan mudah terhempas angin.
6. Asbes
             Asbes memiliki karakteristik seperti seng yaitu murah, ringan dan tahan lama. Tidak seperti seng, asbes tidak menyerap panas sehingga membuat rumah lebih sejuk. Kelemahan asbes adalah penampilannya yang tidak menarik, mudah retak bila terinjak dan dapat membahayakan kesehatan (memicu timbulnya kanker paru mesothelioma).

Jumat, 21 Februari 2014

TENTANG JEMBATAN



PENDAHULUAN

1.      Teori Tentang Jembatan
            Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur, sungai, saluran irigasi dan lainnya. Ia dibangun untuk membolehkan laluan pejalan kaki, kendaraan dan kereta api di atas halangan itu.

2.      Jenis-Jenis Jembatan
            Jenis jembatan berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur sekarang ini telah mengalami perkembangan pesat sesuai dengan kemajuan jaman dan teknologi, mulai dari yang sederhana sampai pada konstruksi yang mutakhir.
Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut.
a.       Jembatan jalan raya (highway bridge),
b.      Jembatan jalan kereta api (railway bridge),
c.       Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge).
Berdasarkan lokasinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut.
a.       Jembatan di atas sungai atau danau,
b.      Jembatan di atas lembah,
c.       Jembatan di atas jalan yang ada (fly over),
d.      Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert),
e.       Jembatan di dermaga (jetty).
Berdasarkan bahan konstruksinya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
a.       Jembatan kayu (log bridge),
b.      Jembatan beton (concrete bridge),
c.       Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge),
d.      Jembatan baja (steel bridge),
e.       Jembatan komposit (compossite bridge).
Berdasarkan tipe strukturnya, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain :
a.       Jembatan plat (slab bridge),
b.      Jembatan gelagar (girder bridge),
c.       Jembatan rangka (truss bridge),
d.      Jembatan lengkung (arch bridge),
e.       Jembatan gantung (suspension bridge),
f.       Jembatan kabel (cable stayed bridge),
g.      Jembatan cantilever (cantilever bridge).
h.      Jembatan Batang Kayu ( log bridge)
i.        Jembatan Alang (beam bridge)
j.        Jembatan Bambu
Berikut ini adalah gambar-gambar contoh jembatan yang telah di jelaskan diatas :

3.      Bagian-bagian Jembatan
Pada umumnya suatu bangunan jembatan terdiri dari enam bagian pokok, yaitu :
  •   Bangunan atas
  • LandasaN
  •  Bangunan bawah
  •  Pondasi
  •  Oprit
  • Bangunan pengaman jembataN 


4.   STRUKTUR JEMBATAN 
      Secara umum struktur jembatan dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu struktur atas dan struktur bawah.

     A.  Struktur Atas (Superstructures)
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban pejalan kaki, dll.
    Struktur atas jembatan umumnya meliputi :
a) Trotoar :
o Sandaran dan tiang sandaran,
o Peninggian trotoar (Kerb),
o Slab lantai trotoar.
b) Slab lantai kendaraan,
c) Gelagar (Girder),
d) Balok diafragma,
e) Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f) Tumpuan (Bearing).
  
B. Struktur Bawah (Substructures)
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.
Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :
  •  Pangkal jembatan (Abutment),
  •  Dinding belakang (Back wall),
  • Dinding penahan (Breast wall),
  •  Dinding sayap (Wing wall),
  • Oprit, plat injak (Approach slab)
  • Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
  • Tumpuan (Bearing).
b) Pilar jembatan (Pier),
  • Kepala pilar (Pier Head),
  • Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
  • Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
  • Tumpuan (Bearing).
C.  Fondasi
Fondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar. Berdasarkan sistimnya, fondasi abutment atau pier jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam jenis, antara lain :
a) Fondasi telapak (spread footing)
b) Fondasi sumuran (caisson)
c) Fondasi tiang (pile foundation)
  • Tiang pancang kayu (Log Pile),
  • Tiang pancang baja (Steel Pile),
  • Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),
  • Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete Pile), spun pile,
  • Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place), borepile, franky pile,
  • Tiang pancang komposit (Compossite Pile).

Demikianlah uraian singkat saya tentang jembatan, semoga ada manfaatnya bagi yang pembaca dan salam amuanya...????